SEJARAH BERDIRINYA KFT INDONESIA

KFT dibentuk di tempat dan alamat yang sama dengan tempat pengumuman Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yaitu di Pegangsaan Timur 56, kini disebut Jalan Proklamasi 56 Jakarta. Pada alamat itu KFT memulai tarikan nafas pertama memasuki pergolakan membangun Perfilman dan Pertelevisian kita yang baru menjajak tahun kedua.

LOGO KFT INDONESIA

Ki Demang Soemardjono

KETUA UMUM KFT

No. KTA : 002/A/1964

1964 - 1968 dan 1968 - 1978

Lahir di Jogyakarta. Pendidikan: Kino Drama Atelier Jogyakarta (1949-1950) jurusan acting dan directing; Akademi Seni rupa Indonesia (1950-1953), British Film Institute dan Pinewood Film Studio London (1955). Profesi sebelum ke film: anggota sandiwara keliling Mardi Wandowo (1943-1944), anggota Pasukan Pembela Tanah Air (PETA) (1944-1945), anggota Badan Keamanan Rakyat (BKR) 1945,anggota Tentara Keamanan Rakyat (1945-1946), Sekretaris Kementrian Pertahanan Jawatan V 1946-1948, Perwira (Letnan II) Markas Besar Komando Jawa 1948-1950.

Memasuki dunia film sebagai pembantu umum PERFINI Cabang Jogyakarta waktu pembuatan film Long March (1950). Kemudian dalam film Enam Jam di Jogya (1951) sebagai pembantu penata artistik merangkap pemain. Kariernya meningkat menjadi Kepala Bagian Editing PERFINI (1952-1959), Kepala Biro Studio PERFINI (1959-1966). Sejak 1966 bekerja sebagai editor dan sutradara lepas (freelance). Pada tahun 1960 mendapat hadiah piala Festival Film Nasional untuk "Best Editing" dalam film Asrama Dara. Dan di Festival Film Internasional Phnom Phen mendapat piala untuk film dokumenter Ngaben (1970) yang disutradarai dan dieditnya. Mendapat piala sebagai editor harapan pada FFI di Bandung untuk film Laila Majnun.

H. Misbach Yusa Biran

KETUA UMUM KFT

No. KTA : 040/B/1966

1978 - 1981 dan 1981 - 1984

1987 -1990

Misbach Yusa Biran merupakan anak dari pasangan Ayun Sabiran (Minangkabau) dan Yumenah (Banten). Ayahnya yang berasal dari Dangung-dangung, Lima Puluh Kota, Sumatra Barat, merupakan seorang Digulis yang kemudian menjadi pemilik studio foto. Nama Misbach diberikan oleh ayahnya, yang mengambil nama dari tokoh pergerakan Haji Misbach. Sedangkan Yusa Biran, ditambahkan oleh Misbach ketika ia dewasa, yang merupakan nama pena ayahnya, "Jose Beron".

Misbach mulai menyutradarai sandiwara ketika masih duduk di bangku sekolah pada awal tahun 1950-an. Di samping itu, ia juga menulis resensi film dan karya sastra. Setelah lulus sekolah ia memilih film sebagai jalan hidupnya. Tahun 1954-1956, ia bekerja di Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini) pimpinan Usmar Ismail, berawal sebagai pencatat skrip, kemudian menjadi asisten sutradara dan anggota Sidang Pengarang. Ia juga pernah menjabat sebagai Direktur Pusat Perfilman H. Usmar Ismail Jakarta, anggota Dewan Film Nasional, dan Ketua Umum Karyawan Film dan Televisi (1987-1991)

Fritz G Scadh

KETUA UMUM KFT

No. KTA : 020/B/1966

1984 -1987

Seorang pemeran dan sutradara Indonesia. Di samping kesibukan membuat film, ia juga menjadi pengajar di akademi Sinematografi di LPKJ. Ayahnya adalah pengusaha perkebunan yang berasal dari Jerman yang telah menetap di Indonesia sebelum kemerdekaan. Ibunya seorang noni Indo-Belanda. Kecintaannya kepada tanah kelahirannya; Indonesia, membuat ia memutuskan untuk tidak ikut kembali ke Eropa dan memutuskan menjadi warga negara RI pasca kemerdekaan.

Sejak SD Fritz sudah tertarik pada drama, dan perkenalannya dengan film dimulai sebagai figuran dalam produksi Kuala Deli (1955) dan Sungai Ular (1961). Kemudian sebagai peran pembantu dalam Penjebrangan (1963) ketika hijrah ke Jawa. Dari situlah kecanduan, bergelut di dunia film sejak sebagai pencatat skrip, juru rias, asisten sutradara, asisten pembantu unit, dan asisten editor sampai menjadi sutradara, editor, dan pemain. Menjadi ketua umum KFT (1984-1987), Anggota Dewan Film Nasioal (1985-1987), Anggota Komite Seleksi FFI sebanyak 7 kali antara 1982 dan 1992. Penerima Pengargaan Kesetiaan Profesi tahun 1996 dari BP2N. Karyanya Si Ronda Macan Betawi (1978) adalah calon pemenang untuk skenario dan editing pada FFI 1979. Menyutradarai serial TV Keluarga Rahmat (1990).

Sophan Sophiaan

KETUA UMUM KFT

1990 -1994

Seorang aktor, sutradara, produser dan politikus Indonesia keturunan Makassar, Sulawesi Selatan. Ia merupakan putra dari politikus dan diplomat Indonesia, Manai Sophiaan.

Sophan menikah dengan aktris senior Indonesia, Widyawati dan mempunyai dua anak: Roma & Romi. Setelah banyak berkiprah di dunia perfilman, Sophan terjun ke panggung politik dan pernah aktif di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Dalam kapasitasnya itu, ia pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Majelis Permusyawaratan Rakyat RI.

Pada tahun 2005, ia turut bergabung dalam mendirikan partai baru yang bernama Partai Demokrasi Pembaruan bersama-sama dengan Laksamana Sukardi, Arifin Panigoro, Roy BB Janis, Sukowaluyo Mintohardjo, Noviantika Nasution, Didi Supriyanto, Tjiandra Wijaya, Postdam Hutasoit dan RO Tambunan. Sophan meninggal dunia pada 17 Mei 2008 dalam sebuah kecelakaan motor di Ngawi, Jawa Timur sebelah perbatasan dengan Sragen, Jawa Tengah.

Ki Slamet Rahardjo Djarot

KETUA UMUM KFT

No. KTA : 1549/B/79/XIV/2024

1995 - 1999 dan 1999 - 2002

Selain sebagai Sutradara, Penulis Skenario, dan pemain, Slamet Rahardjo adalah pengajar program pasca sarjana di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Fakultas Film dan Televisi dan Ketua Yayasan Seni Budaya Jakarta. Lahir di Serang 21 Januari 1949, Nama lengkap : Slamet Rahardjo Djarot,. Pendidikan : ATNI. Bersama Teguh Karya, pada tahun 1968 mendirikan Teater Populer, grup Sandiwara terkemuka. Dia hampir selalu memegang peran utama dalam pementasan grup tersebut. Film pertama dan langsung berperan utama adalah Wadjah Seorang Laki-Laki ,(1971), Produksi 'Teater Populer' (dan Sarinande Film) yang disutradarai Teguh. Mendapat Citra sebagai pemain melalui Ranjang Pengantin (FFI 1975) dan Dibalik Kelambu (FFI 1983), keduanya berlangsung di Medan. Mulai tahun 1979 melangkah ke bidang penyutradaraan, dimulai dengan Rembulan dan Matahari, yang pada FFI 1980 meraih 6 nominasi Merebut Citra lewat Kembang Kertas (FFI 1985) dan Kodrat (FFI 1987) sebagai sutradara.

Slamet adalah penerima hadiah Usmar Ismail tahun 1996 dari Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N). Terpilih lagi sebagai Ketua Umum KFT untuk tahun 1999 hingga tahun 2002.

Enison Sinaro

KETUA UMUM KFT

2002 - 2006

Enison adalah sutradara asal Indonesia. Awalnya ia adalah asisten sutradara untuk film-film layar lebar. Kemudian menjadi sutradara penuh untuk film-film sinteron yang banyak meraih penghargaan.

Enison adalah lulusan Sinematografi IKJ (lulus TSD, 1983). Waktu masih di IKJ, Enison meraih Juara II Sayembara Film Mini DKJ (1980) dan Juara Harapan pada 1982. Berangkat dari film bioskop, sebagai asisten sutradara sejak Mekar Diguncang Prahara (1987). Masih juga jadi asisten sutradara dalam Oeroeg (1992), film hasil kerja sama dengan Belanda. Tahun 1992 pindah ke sinetron, dan suksesnya dibuktikan dengan dua kali berturut karyanya meraih gelar terbaik pada FSI, masing-masing dalam Parmin (1994) dan Menghitung Hari (1995). Pada FSI 1994 mendapat 2 piala sebagai sutradara dan editor dalam Parmin. Masuk unggulan sutradara dalam "Anakku Terlahir Kembali" pada FSI 1996.

Adityawarman Ginting

KETUA UMUM KFT

2007 - 2010

Lulusan IKJ FFTV ini pernah menjabat di salah satu komponen penting perfilman Indonesia yaitu PERFIN (Perderan Film Indonesia) di Era Orde Baru, Kemudian ketika menjabat sebagai ketua umum KFT dia juga menjabat sebagai salah satu pembina di Yayasan H.Usmar Ismail mewakili KFT Indonesia yang kemudian ikut mencalonkan diri sebaagai anggota DPR RI dari PDI Perjungan.

H. Berhty Ibrahim L India

KETUA UMUM KFT

2010 - 2014

Sebagai Penata Artistik film pernah meraih Piala Citra dalam film Masinah. Selain itu Berthty pernah menjabat sebagai Ketua Sinematek Indonesia selama 4 tahun. Sebagai praktisi di bidang penataan artistik film segudang judu yang sudah pernah digarapnya. Dan salah satu keberhasilannya saat menjabat sebagai ketua sinematek adalah merestorasi beberapa film, diantaranya Jam Malam dan Tiga Dara  Karya H.Usmar Ismail. Saat ini menjabat sebagai salah satu anggota pembina Yayasan H.Usmar Ismail.

Febryan Aditya

KETUA UMUM KFT

2014 - 2018

Terpilih sebagai Ketua Umum KFT periode 2014-2018 yang kemudian juga dua tahun setelahnya terpilih memimpin PARFI selama setahun. Kepemimpinannya di PARFI cukup kontroversial meskipun dipilih melalui suatu kongres luarbiasa. Sebagai seorang pemain sebelumnya pernah menjadi talent koordinator di daerah yang kemudian hijrah di Jakarta mengembangkan kariernya sebagai pemain dan penyanyi. Di Sinetron lebih banyak dikenal sebagai fighting director selain pemain.

Gunawan Paggaru

KETUA UMUM KFT

No. KTA : 1805/B/85/XIV/2024

2019 - 2024

Memulai kariernya di film sebagai penulis skenario, Tahun 1984 bergabung dalam kelompok Kerja Film Teater Populer, kemudian Teguh Karya mempercayainya sebagai editor. Tahun 1990 mendirikan Production House yang dikenal dengan “Kino Lima” dan memproduksi film layar lebar “POTRET” pada FFI 1993 meraih 13 Nominasi. Tahun 2002-2007 sebagai Direktur Utama di Perusahaan Film PT. Kalibrasi Gambar Hidup. Film Dokumenter pertamanya "Pacu Jalur" masuk Nominasi dalam FFI 1992 juga sebagai pendisain poster terbaik dalam FFI 1993 dan sebagai editor terbaik dalam FSI 1998.

Dan sekarang telah menyutradarai 4 film layar lebar, ISSUE, Syahadat Cinta, Mata Pena Mata Hati Raja Ali Haji, dan Danum Baputi Penjaga Mata Air. Dan telah menyutradarai ratusan judul serial televisi. Sebagai Ketua Tim Penulis Buku 99 Peluang Karier dalam Produksi Film. Lead perumus SKKNI bidang perfilman. Saat ini sebagai Ketua Umum Badan Perfilman Indonesia periode 2022-2026 dan sebagai Ketua Umum Persatuan Karyawan Film dan Televisi Indonesia Periode 2019-2024 juga Lead Asessor di LSP Kreator Film dan Televisi Indonesia